Senin, 22 Maret 2010

We Got Married tv show


Minggu ini gw lagi suka nonton acara tv Korea judulnya "We Got Married". Reality show tentang simulasi pernikahan gitu, yang tampil artis-artis Korea pastinya, hehe. Dari beberapa pasangan yg ada gw paling suka sama satu pasangan. Pasangan Junjin sama Lee Si Young, nonton mereka gak cuma bikin ketawa tapi juga bikin gw mikir. Nonton reality show aja mesti mikir (apa pula), bukan mikir sih, tapi berpikir (apa bedanya ya, hihi). Soalnya keduanya punya kepribadian yang berbeda banget. Yang cowo humoris, yang cewe malah pendiem. Si cewe a.k.a Lee Si Young ni, tampangnya memang manis dan cantik, tapi tingkahnya seperti cowo alias tomboy. Malah waktu SD dia suka berantem sama anak cowo juga, wuih ngeri gak tuh. Akhirnya di acara ini juga kelihatan memang si Lee Si Young ini rada menakutkan. Kelihatan si Junjin-nya juga selalu tersudut sama si Si Young. Kalo marah apalagi, memang ngeri tipe cewe kek gini.

Yang gak kalah keren lagi, si Si Young ini hobinya ngoleksi Gundam, hohoho... Sampe koleksi gundamnya banyak betul. Gw aja gak sampe segitunya klo suka anime. Sampe-sampe buat hadiah pernikahan di acara itu si Siyoung ini minta dibeliin gundam juga. Gimana gak heran tuh si Junjin, masa hadiah pernikahan gundam, kata dia keknya klo disuruh milih antara gundam ato suaminya, si Si Young ini pasti lebih milih gundam, wkwkwkwk.. Memang mantep lah si Si Young ini, muka cantik tapi kepribadiannya diam-diam menghanyutkan. Sepertinya kebalikan dari gw nih cewe, kecuali bagian pendiemnya..

Aniwei, setelah nonton mereka sekilas gw jadi penasaran sama kelanjutan cerita We Got Married episode mereka. Jadi deh youtub-an bwt nonton sisanya. Eh pas googling, ternyata setelah acara itu selesai, mereka jadi pacaran beneran. Bisa ya, walaupun akhirnya putus setelah 6 bulan.

Kalo yang masih penasaran dengan mereka berdua liat aja di youtube ini



Sabtu, 20 Maret 2010

It's Now or Never

Habis wisuda april ini, secara resmi tinggal 6 orang tersisa di teknik perminyakan 2005. Semakin sepi suasana kampus, apakah semakin sepi juga semangat kuliah?? Pertanyaan retoris, tapi tetap memiliki makna besar. Soalnya gak sedikit, gak banyak juga yang patah arang untuk melanjutkan sisa kuliah karena telah ditinggal teman-temannya lulus. Memang susah menjaga semangat apalagi kalo dirinya sendiri tidak memiliki tujuan yang jelas. Sekarang baru ngerti kenapa di film-film jepang khususnya film yang ditujukan untuk anak kecil mereka selalu memotivasi anak-anak itu untuk memiliki mimpi dan cita-cita yang setinggi-tingginya. Ketiadaan mimpi dan cita-cita terbukti, well setidaknya sama gw kalo hidup tuh tidak berasa alias hambar. Mau lakuin ini itu juga tidak ada bekasnya kalau tujuannya tidak jelas.

Dulu waktu kecil kita semua saya yakin punya cita-cita, yang kalau diingat-ingat lagi mungkin lucu ato terlalu berlebihan. Cita-cita saya dulu ingin jadi pilot pesawat jet tempur, kerenkan.. Tapi seiring tambah umur, cita-cita yang gw pilih ternyata kemungkinan susah dicapai. Beberapa alasannya yaitu, waktu itu setelah Presiden Soeharto turun tahta, karena negara ini dikasih cobaan krisis ekonomi, pada saat yang sama juga negara ini sudah dijatuhi sanksi senjata oleh USA. Yang akibatnya bisa dilihat hingga saat ini, lebih banyak pesawat militer yang jatuh sendiri dibandingkan yang menjatuhkan pesawat lawannya (malah bisa dibilang gak ada keknya ya). Selain itu, berapa sih pesawat jet tempur yang paling canggih saat itu, F16 cuma punya berapa ya, lupa. Intinya sih gara-gara faktor diatas ditambah faktor lainnya, rasanya mustahil bisa menjadi pilot pesawat jet tempur keren di negara ini. Jadi bisa dibilang negara ini juga punya peran terhadap pudarnya keinginan gw mencapai cita-cita itu. Kalau di UUD ada pasal yang bilang negara menjamin cita-cita seluruh rakyatnya, wah bisa dituntut nih pemerintah, ckckck..

Ah biarlah cita-cita waktu kecil memang hanya untuk keren-kerenan sesama anak kecil. Karena datangnya tuh cita-cita juga biasanya dari pengamatan sesaat, ya memang saya akui itu cita-cita gw dapet ketika gw mengunjungi paman saya yang sedang berusaha masuk anggota angkatan udara.

Sekarang, ketika memasuki akhir masa kuliah, gw masih blom tau mau ngapain. Menyedihkan bukan, seharusnya bukan cuma menyedihkan buat gw doank, tapi buat negara ini dan rakyat negara ini juga. Mungkin di kampus gw yang katanya institut terbaik bangsa ini, banyak yang senasib, hihi.. Sayang sekali bukan putra putri terbaik tapi tidak memiliki tujuan alias cita-cita yang jelas. Yah beginilah jadinya sebanyak apapun sarjana yang dihasilkan akan hanya menjadi beban karena tidak punya tujuan yang jelas setelah lulus. Sebagian besar yang memiliki tujuan pun, hanya ingin dapet kerja di perusahaan, walaupun gak salah-salah amat.

Buat semua teman-teman yang masih tersisa di kampus ini, mari kita berusaha untuk bisa lulus bulan juli nanti. Walaupun kalau tidak berusaha pun akhirnya bakal diusir dari kampus ini, amit-amit jangan sampai deh.

Senin, 01 Maret 2010

Change

Waktu libur maulid nabi Muhammad SAW kemarin gw baca sebuah buku tentang tips buat yang mau kuliah. Judulnya "Nggak Sekedar Kuliah", isinya cukup bagus malah gw rekomendasiin buat yang mau kuliah. Sayang sekali tapi, saya sudah diakhir masa kuliah, malah sudah seharusnya keluar dari kampus alias mahasiswa yg lulus tidak tepat waktu. Beberapa poin penting yang gw baca bener-bener berguna banget buat keadaan gw sekarang, dimana harusnya gw sudah menjadi lebih baik secara sudah saatnya lulus dari kampus. Setelah baca nih buku gw jadi merenung selama ini gw gak ngapa-ngapain, walo gw gak ngelakuin hal-hal yang buruk tapi gw ngerasa selama ini gw masih jadi orang yang gini-gini aja, gak ada bedanya gw pas SMA sama sekarang. O ya, yang gw tulis disini cuma yang sesuai sama yang gw perlu aja, hehe... Kalo mau lebih lengkap beli aja bukunya trus baca sendiri.

Berubah

Untuk bisa menjadi perubah, kita harus terlebih dahulu berubah. Hanya yang bergerak yang bisa menggerakkan sesuatu. Batu yang diam bisa bergeser karena ada dorongan tenaga kita yang memaksanya bergerak. kita bisa menjadi perubah kalau kita sudah terlebih dahulu mengubah diri dari pasif menjadi aktif. Siapkan tenagamu untuk menggerakkan banyak hal!.
Segeralah berubah sebelum nasi menjadi basi. Kalau nasi berubah jadi bubur, sih, masih enak; tinggal kasih serpihan daging ayam, telur, dan bawang. kita bisa menyantapnya menjadi bubur ayam. Kalau nasi sudah basi, pastilah nasi itu akan dibuang, lalu menjadi sampah. Nasi sudah basi itu terjadi ketika semangatmu sudah kendor dan keberanianmu sudah tumpul. Kalau sudah begini; kita tak bakal bisa melangkah walaupun satu senti. kita merasa didesak oleh banyak hal, mau ke kanan pikiranmu bilang ke kiri; mau ke kiri , masalah yang di belakang juga belum beres. Makanya, segeralah bergerak!

Seperti kata AA Gym
Mulailah dari diri sendiri
Mulailah dari yang sederhana
Mulailah sekarang juga!

Tak ada yang terlambat. Better late than never, begitu kata orang Inggris. Bukan mendingan telat daripada terlambat (ini sih, sama saja), mending telat daripada tidak sama sekali. Untuk kita yang telat, ada satu rahasia khusus. Orang-orang yang sudah didepan duluan biasanya lupa diri dan merasa lebih hebat ketimbang kita. Inilah titik kelemahan mereka. Begitu mereka lupa diri, mereka jadi tidak terkontrol; saat itulah, kita bisa menyusulnya dengan sekali gas: WUUUSSS ... WUUUSSS ...
Orang yang belakangan bergerak mempunyai keuntungan juga. Misalnya, kita bisa belajar dari kegagalan orang yang sudah duluan. kita bisa melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang sudah duluan. Atas dasar pengalaman yang sudah duluan itu, kita bisa melakukan perjalanan dengan lebih cermat dan seksama. Sekali lagi, tak ada yang terlambat. Kalau nasi sudah jadi bubur karena terlalu banyak air dan telat memadamkan api, kita bisa menjadikannya bubur ayam.
Oke, tak ada yang terlambaat selagi kita masih bisa bergerak.

Mau kemana sih kita?

Entah disadari atau tidak, kita pasti menuju akhir kehidupan ini. Jadi pertanyaan sesungguhnya adalah apakah kita mau memilih tujuan dan menempuh arah kesana atau membiarkan diri kita hanyut terbawa arus, membiarkan orang lain menentukan dimana kita akan berakhir. Namun semua itu harus kita sendiri yang memilih dan menetukan, mau ke mana?
Ini pertanyaan yang tak mudah. Masalahnya adalah terlalu banyak orang yang menjalani hidup tanpa tujuan, misalnya dengan ungkapan "Saya mah, mengalir saja". Asal kita tahu, air itu mengalir bukan tanpa tujuan. Air mengalir dengan gerak terarah: menuju laut atau menuju langit melalui penguapan. Jadi, pada kata "mengalir" ada arah yang dipakai pedoman oleh air.
Bila hidup tanpa tujuan, kita akan ditelan oleh tipuan gerak. Seakan-akan kita bergerak, melakukan banyak aktivitas, padahal kita tidak melakukan apa-apa. Mahasiswa biasanya sibuk dengan ikut kegiatan ini dan itu, tanpa tujuan yang jelas dan semuanya itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
Ini persis seperti tikus didalam roda. Ia berlari kencang sampai berkeringat. Tapi kenyataannya, ia tetap saja berada ditempat yang sama. Hanya rasa capek, selebihnya kita tak dapat apa-apa. Sialnya, saat kita menyadari itu, waktu sudah berkurang. kita semakin tua.
Sukses adalah perjalanan. kita tak bisa tiba-tiba menjadi sukses ketika tiba disuatu tempat tertentu tanpa melakukan perjalanan. Untuk dapat melakukan perjalanan, tentu kita butuh menetukan dulu titik akhirnya, tujuannya.